Program
Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada
pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi
(literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala
sekolah dan guru). Program ini merupakan penyempurnaan program transformasi
sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah
negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju.
Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh
sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Sekolah
penggerak terdiri dari kepala sekolah dan guru penggerak. Dalam sekolah
penggerak, guru memberikan pelajaran tak hanya satu arah, melainkan suatu
berbagai aktivitas yang menyenangkan yang memuat kompetensi-kompetensi bernalar
kritis, kolaborasi, dan kreatif. Sekolah Penggerak ini akan menggerakkan
sekolah-sekolah lainnya di dalam ekosistemnya untuk menjadi Sekolah-Sekolah
Penggerak selanjutnya. Program Organisasi Penggerak memberdayakan masyarakat
melalui dukungan pemerintah untuk menginisiasi hadirnya Sekolah-Sekolah Penggerak.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan Program
Organisasi Penggerak dilakukan dengan melibatkan sejumlah Organisasi
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, terutama
organisasi-organisasi yang sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam
implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah. Organisasi Penggerak
ini merupakan bagian dari episode keempat kebijakan Merdeka Belajar dari
Kemendikbud.
Terkait
dengan Merdeka Belajar, pada hari Jumat 11 Februari 2022 secara daring, Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar
Makarim meluncurkan Merdeka Belajar episode kelima belas: Kurikulum Merdeka dan
Platform Merdeka Mengajar. Untuk mengatasi krisis pembelajaran. Kurikulum atau
program Merdeka Belajar ini diluncurkan sebagai bentuk dari tindak evaluasi
perbaikan Kurikulum 2013. Menteri Nadiem mengungkapkan, merujuk berbagai studi
nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah
berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Krisis pembelajaran
semakin bertambah karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya
pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Untuk
literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar sedangkan untuk
numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.
Sebelumnya,
Kurikulum Merdeka dikenal sebagai Kurikulum Prototipe yang merupakan salah satu
bagian dari upaya pemerintah untuk mencetak generasi penerus yang lebih
kompeten dalam berbagai bidang. Kurikulum Prototipe adalah bentuk sederhana
dari Kurikulum 2013 dengan sistem pembelajaran berbasis pada proyek tertentu
(Project Based Learning). Inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar.
Konsep ini, dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing.
Misalnya, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka
tolok ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Kemudian anak juga tidak bisa
dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai. Kurikulum Prototipe akan
memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.
Dilansir
dari laman kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai
kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi
esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi murid. Karakteristik utama
dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah: 1.
Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai
profil Pelajar Pancasila. 2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu
cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi
dan numerasi. 3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian
dengan konteks dan muatan lokal.
Menurut
Nadiem, Kurikulum Merdeka ini sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak.
Selain itu, kurikulum ini juga diluncurkan di sekolah lain. Nadiem mengatakan,
Kurikulum Merdeka ini sudah mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di
jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.
Sebagai
Sekolah Penggerak, tentulah sekolah berusaha untuk mewujudkan program-program
yang sudah tertera di dalam program sekolah penggerak yaitu berupaya untuk
mendorong proses transformasi satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian
hasil belajar peserta didik secara holistik baik dari aspek kompetensi kognitif
maupun non-kognitif (karakter) dalam rangka mewujudkan profit pelajar
Pancasila. Transformasi yang diharapkan tidak hanya terbatas pada satuan
pendidikan, melainkan dapat memicu terciptanya ekosistem perubahan dan gotong
royong di tingkat daerah dan nasional sehingga perubahan yang terjadi dapat
meluas dan terlembaga. mendorong satuan pendidikan melakukan transformasi diri
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan
ke sekolah lain untuk melakukan peningkatan mutu serupa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.