DATA DIGITAL

Minggu, 27 September 2020

Konflik dan Integrasi Sosial

 A. Video

 
 
B. Bacaan
 
Jenis-Jenis Konflik

Konflik yang terjadi di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, bergantung faktor yang menyebabkan, wujud, ruang lingkup, dan sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut.
1) Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang perorang karena masalah pribadi. Konflik pribadi dapat terjadi karena perbedaan pendirian dan keyakinan, serta perbedaan kebudayaan. Konflik pribadi tidak jarang terjadi antara dua orang sejak mulai berkenalan karena sudah saling tidak menyukai. Akan tetapi, yang sering terjadi adalah konflik antara dua pribadi yang sudah saling mengenal dan terjadi konflik karena perbedaan yang tidak bisa disatukan di antara pribadi-pribadi tersebut.

2) Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial juga makin dipicu dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan minoritas. Konflik rasial pernah terjadi di Amerika Serikat dan Afrika Selatan, yaitu antara orang-orang kulit dengan kulit hitam.

3) Konflik Politik
Konflik politik menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negara-negara yang berdaulat. Konflik politik itu, contohnya konflik antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963.

4) Konflik Antarkelas Sosial
Konflik antarkelas sosial pada umumnya disebabkan oleh perbedaan kepentingan antara kelas sosial yang berbeda. Misalnya antara buruh dan majikan. Buruh menginginkan kenaikan gaji sementara majikan menginginkan untuk mengurangi biaya produksi dengan menekan biaya upah.

5) Konflik Internasional
Konflik internasional biasanya berawal dari adanya pertentangan antara dua negara karena kepentingan yang berbeda. Pertentangan ini akan berkembang menjadi konflik internasional apabila negara-negara lain terlibat atau melibatkan diri.

6) Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan. Misalnya, pertikaian antara Irak dan Iran dalam Perang Teluk yang melibatkan negara Amerika Serikat dan sekutunya serta negara-negara Arab.

7) Konflik vertikal dan horizontal
Konflik vertikal yaitu pertentangan antara individu atau kelompok masyarakat dan para pemimpin masyarakat. Contoh konflik antara warga suatu desa dengan pemimpin di desa tersebut (Kepala Desa).

Konflik horizontal adalah pertentangan antaranggota masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Konflik horizontal dapat terjadi di tataran para elite politik. Contoh konflik horizontal yang terjadi di kalangan masyarakat bawah adalah tawuran antar warga miskin di Jakarta. Sedangkan contoh konflik horizontal di kalangan elite politik adalah konflik antara para petinggi partai Demokrat.

8) Konflik terbuka dan konflik tertutup
Konflik terbuka yaitu perbedaan kepentingan antara dua individu atau kelompok masyarakat yang dapat disaksikan secara langsung dan saling berhadapan dalam bentuk sikap atau tindakan-tindakan fisik.

Konflik tertutup yaitu perbedaan kepentingan yang terwujud dalam perbuatan yang menimbulkan sabotase, keresahan dan sebagainya.

Konflik Destruktif Dan Konflik Konstruktif
Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu, kelompok maupun organisasi-organisasi yang terlibat di dalamnya. Konflik demikian terjadi misalnya, dua orang yang bertetangga tidak dapat rukun karena di antara mereka terjangkit perasaan tidak senang atau apabila anggota sebuah organisasi tidak dapat mencapai penyesuaian paham tentang tujuan pokok organisasi.

Kerugian akibat konflik destruktif adalah sebagai berikut.

Perasaan cemas atau tegang (stres), atau tertekan.
Komunikasi yang menyusut.
Persaingan tidak sehat.
Perhatian yang semakin berkurang terhadap tujuan bersama.
Ledakan konflik hebat sampai muncul tindakan ancaman atau kekerasan.
Konflik konstruktif menimbulkan keuntungan-keuntungan bagi individu maupun kelompok, antara lain sebagai berikut.

Meningkatkan inisiatif dan kreativitas individu atau kelompok, mereka akan berusaha bekerja dengan cara-cara baru yang lebih baik.
Intensitas usaha semakin meningkat, perasaan apatis teratasi, individu atau kelompok yang terlibat akan bekerja lebih keras lagi.
Ikatan atau kohesi semakin kuat, konflik dapat memperkuat identitas kelompok dan komitmen untuk mencapa tujuan bersama kelompok.
Surutnya ketegangan pribadi.

Sebab-Sebab Konfik dalam Masyarakat

Dari berbagai bentuk konflik yang ada dalam masyarakat, unsur perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan yang ada sehingga setiap pihak berusaha saling mengalahkan. Konflik yang terjadi dalam berbagai bentuk bisa berubah menjadi kekerasan apabila konflik sudah mencapai taraf menciderai, menyebabkan hilangnya nyawa, dan menimbulkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Berikut ini merupakan sebab-sebab munculnya konflik dalam masyarakat.

Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu.
Perubahan sosial yang terlalu cepat dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai baru.
Perbedaan kebudayaan yang mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku.
Bentrokan antarkepentingan baik perseorangan maupun kelompok, misalnya kepentingan ekonomi, sosial, politik, ketertiban, dan keamanan.
Permasalahan dibidang ekonomi.
Lemahnya kepemimpinan pada berbagai tingkatan (weak leadership).
Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian atau seluruh kelompok masyarakat.
Rendahnya tingkat penegakan hukum (lack of legal mechanism)
Dampak Terjadinya Konflik

Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif. Konflik akan memberikan dampak positif sepanjang konflik tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur tertentu. Akan tetapi, apabila konflik berlawanan dengan pola-pola hubungan hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu, konflik-konflik tersebut bersifat negatif.

Gejala-gejala sosial yang timbul akibat konflik, antara lain sebagai berikut.

Bertambahnya solidaritas ingroup.
Goyah atau retaknya persatuan kelompok.
Perubahan kepribadian individu.
Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.
Rusaknya tatanan kehidupan masyarakat.
Krisis sosial.
Pengendalian Konflik (Akomodasi)

Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain sebagai berikut:

Koersi merupakan akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah.
Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian
Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselsisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak memberikan keputusan.
Mediasi merupakan bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang diundang tidak berhak memberikan keputusan.
Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Toleransi merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi
Stalemate merupakan bentuk akomodasi ketika kelompok-kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya.
Ajudikasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.
 

Integrasi Sosial

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi atas dua landasan berikut:

Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat.
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations).
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah:

Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Para ilmuwan mengidentifikasi bentuk-bentuk ideal suatu integrasi sosial yaitu:

Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Suatu asimilasi akan mudah terjadi apabila didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut.

Toleransi antara kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri yang akan tercapai melalui suatu proses yang disebut akomodasi.
Tiap-tiap indvidu dan kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam ekonomi, terutama dalam memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa.
Diperlukan sikap saling menghargai terhadap kebudayaan lain.
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dengan memberikan kesempatan pada golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan, penggunaan fasilitas umum, dan partisipasi politik.
Perkawinan campuran akan menyatukan dan mengurangi perbedaan-perbedaan antara warga dari suatu golongan dengan golongan lain.
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi terlaksananya proses asimilasi adalah sebagai berikut.

Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang diahadapi
Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
Perasaan superioritas dari individua dari satu kebudayaan terhadap yang lain
Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Jadi, akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda. Penyatuan ini tidak menghilangkan ciri khas dari masing-masing kebudayaan. Misalnya, kebudayaan Hindu memasuki kebudayaan Bali dan berkembang menjadi kebudayaan Hindu-Bali. Dalam proses ini, kebudayaan Bali tidak hilang atau tetap bertahan walaupun dimasuki unsur kebudayaan Hindu.
 
C.Tayangan Slide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.